Friday, October 5, 2007

Impor Daging Sapi

Impor MDM Imbangi Pesaing
Irlandia Minta Pemerintah Indonesia Membuka Impor Daging Sapi

Jakarta, Kompas - Kebijakan pemerintah membuka keran impor bubur daging tetelan atau mechanically deboned meat/MDM bertujuan mendorong pertumbuhan industri makanan olahan agar berdaya saing tinggi. Pasar makanan olahan berbahan baku daging di Indonesia banyak dimasuki produk impor.

Penjelasan itu disampaikan secara terpisah oleh Menteri Pertanian Anton Apriyantono dan Direktur Jenderal Peternakan Mathur Riady, Selasa (4/9) di Jakarta.

Anton mengungkapkan, pemerintah tidak bisa membiarkan pasar produk makanan olahan lokal berbahan baku daging terus diserbu produk impor. "Harus ada jalan keluar yang diambil pemerintah agar industri makanan olahan bisa bertahan dan menyaingi produk asing," katanya.

Desakan pasar impor makanan olahan itu antara lain datang dari Malaysia. Negara serumpun itu mampu menghasilkan produk makanan olahan berbahan baku daging dengan harga kompetitif karena biaya produksi rendah.

Menurut Mathur, selama ini Malaysia mengimpor bahan baku makanan olahan daging dari Brasil untuk mendapatkan harga lebih murah. Mereka tidak lagi membedakan apakah produk makanan itu dibuat dari bahan yang membahayakan atau tidak.

Menurut Mentan, pemerintah sudah setahun memberi kesempatan pada industri perunggasan lokal untuk menyediakan MDM. Namun, mereka tetap saja tidak mampu memenuhinya.

Ketua Forum Masyarakat Perunggasan Indonesia (FMPI) Don Utoyo dan Sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha Makanan Ternak (GPMT) Fenni Firman Gunadi menegaskan, kebijakan impor MDM hanya akan menghambat pertumbuhan industri perunggasan dan peternak lokal. Investor akan berpikir ulang bila mau menanamkan modal. Padahal, industri ternak masuk kategori primer.

Don Utoyo menegaskan, impor MDM mengusik harga diri bangsa. Di luar negeri, MDM menjadi bahan baku makanan binatang.

Seperti diberitakan, MDM dibuat dari sisa daging yang menempel pada tulang unggas atau sapi (tetelan) yang dipisahkan dengan cara mekanis. Di Indonesia, MDM digunakan sebagai bahan tambahan pembuatan nugget, sosis, dan produk makanan olahan berbahan daging. Impor MDM sekitar 50-60 ton per bulan.

Impor daging dari Irlandia

Sementara itu, Pemerintah Irlandia meminta Indonesia membuka kembali impor daging dari negaranya. Menurut Asisten Sekretaris Jenderal Departemen Pertanian dan Pangan Irlandia Martin Heraghty, daging produk Irlandia diekspor ke 160 negara di dunia, di antaranya Inggris, negara-negara Uni Eropa, Rusia, Mesir, dan Tanzania.

Produksi daging 820 persen di atas konsumsi daging lokal. Karena itu, Pemerintah Irlandia sangat menggantungkan pendapatan negara pada ekspor daging.

Di sisi lain, sejak 1989 Irlandia mendapati kenyataan sebagai negara yang tidak bebas penyakit sapi gila (bovine spongiform encephalopathy/BSE). Sadar dengan kondisi itu, pemerintah dan peternak Irlandia terus menekan tingkat penyebaran penyakit BSE pada ternak sapi secara intensif.

Dari 333 kasus BSE pada tahun 2002, pada tahun 2006 kasusnya menurun menjadi 41 kasus. Hingga September 2007 ditemukan 15 kasus BSE, itu pun pada sapi berumur lebih dari 10 tahun.

David Nolan, Senior Superintendenting Veterinary Inspector pada Departemen Pertanian dan Pangan Irlandia, mengatakan, pengendalian penyebaran penyakit BSE berjalan efektif. Terbukti tidak ada lagi penularan penyakit BSE pada hewan apa pun yang lahir setelah tahun 2001.

"Tidak ada lagi risiko penularan BSE pada daging sapi yang dihasilkan dengan benar dari ternak yang berumur di bawah 30 bulan. Semua ternak berumur di atas 30 bulan menjalani uji BSE, karena itu produk daging Irlandia aman dari BSE," katanya.

Direktur Pemasaran Bord Bea—sebuah organisasi pangan di Irlandia—Michael Murphy berharap Indonesia mau membuka kembali keran impor daging sapi dari Irlandia setelah dihentikan tahun 2001. "Kontrol pemerintah terhadap produk sapi berlapis, mulai dari peternak, industri pengolahan, transportasi, hingga ke meja makan," katanya. (MAS)

http://www.kompas.com/kompas-cetak/0709/05/ekonomi/3814247.htm

No comments: